Sabtu, 17 November 2018

Menjaga Keikhlasan

Keikhlasan adalah amalan yang paling ditakuti oleh Iblis laknatullah alaihi

Puncak keikhlasan  seseorang ialah, saat ia tulus tidak menyekutukan Allah (Tauhid)

Kiat Menjaga Keikhlasan:

1. Berdoa kepada Allah
2. Sembunyikan Amal
3. Tidak mengungkit-ungkit kesalahan orang lain dan tidak menuntut balas
4. Tidak membesar-besarkan amalan kecil
5. Menjauhi penyakit riya (ingin dilihat) dan sum'ah (ingin didengar)
6. Besarkan kesalahan yang kecil dan kecilkan kebaikan/amalan yang besar
7. Belajar Keihlasan dari orang-orang yang saleh (Salafus saleh)
8. Mencari amalan yang tidak diminati orang banyak.

Tentang keikhlasan dari Salafus Saleh (Sahabat, Tabiin, dan Tabiut tabiin):

Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu (Sahabat Kufah 32/33 H Madinah), berkata:
 "Jika kalian berpuasa maka berminyaklah (minyakilah bibir-bibir kalian agar tidak terlihat berpuasa sehingga keihlasan tetap terjaga".

Muhammad bin Idris Asy Syafi'i Rahimahullah (Tabiul Atba, w.204 H Mekkah)
"Sungguh aku suka bila semua manusia menimba ilmu dariku tanpa menisbatkan ilmu itu kepadaku sedikit pun."

Uwais bin Amir bin Juraij Al Qarni Rahimahullah (Tabi'in Kufah)
"Jadikanlah kematian sebagai bantalmu saat kamu tidur, dan jadikan ia dipelupuk matamu. Jika kamu bangun, berdoalah keada Allah untuk memperbaiki hati dan niatmu. Kamu tidak akan pernah mampu mengobati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati hati dan niat. Adakalanya hatimu bersamamu tetapi niatmu malah berpaling darimu, dan adakalanya hatimu berpaling namun niatmu datang menghampiri. Dan janganlah kamu melihat kepada kecilnya dosa tetapi lihatlah kepada keagungan Dzat yang kamu maksiati."

Ibrahim An Nakha'i Rahimahullah (Tabi'in Kufah w.96 H Kufah)
Dari A'masy berkata, aku berada di sisi Ibrahim Rahimahullah yang tengah membaca mushaf, kemudian ada seseorang yang meminta izin untuk bertemu. Maka beliau pun segera menutup mushafnya dan berkata, "Agar dia tidak mengganggap bahwa saya membaca Al Quran setiap saat."

Amir bin Abdi Qais (Abdillah) Rahimahullah (Tabi'in Bashrah w.104 Kufah)
Umarah bin Abdillah Al Anbari, putranya, serta Tsabit Abu Fadhl berkata, " Kami tidak pernah melihat Amir bin Abdi Qais Rahimahullah shalat sunnah di masjid kaumnya sama sekali."

Muhammad bin Wasi' Rahimahullah (Tabi'in, Bashrah w.123H)
"Jika seorang haba menghadap Allah Azza wa Jalla dengan hatinya, Allah Azza wa Jalla akan menghadapkan hati orang-orang beriman kepadanya."

"Sesungguhnya ada orang yang menangis selama dua puluh tahun sedangkan istrinya tidak mengetahuinya."

Sahl bin Abdullah bin Yunus At Tustari Rahimahullah (Tustar w.283H)
"Apakah yang paling berat bagi nafsu?" Beliau menjawab, "Ikhlas, karena dalam keikhlasan nafsu tidak mempunyai bagian apapun."

Yusuf bin Ashbath Rahimahullah (Awashim dan Tsughur w.199 H)
"Pelajarilah sah dan tidaknya amalan, karena aku mempelajarinya selama 22 tahun."

Barakallah Fiikum
Sampangan, Semarang 11/18/2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar