Selasa, 11 Desember 2018

Adab-Adab Mempelajari Al Quran

Sumbe gambar: muslim.or.id


Al Quran adalah kalam Allah. Maka harus memuliakan dan menghormatinya, serta bersikap santun dalam berinteraksi dengannya, karena ia kitab yang mulia.
Allah berfirman:
وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ [٤١:٤١]
dan sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia.



لَّا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ ۖ تَنزِيلٌ مِّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ [٤١:٤٢]
Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.(QS.Al Fushilat: 41-42)

Untuk itu seyogyanya orang yang mempelajari Al Quran mengetahui etika/adab-adabnya, syeikh Mahmud Al Mishri menyatakan 30 Adab bagi orang yang mempelajari al Quran:

1.       Mengikhlaskan niat karena Allah dan meniatkan amal ini untuk wajah Alllah semata.
2.       Berpaling dari barang-barang duniawi. Tidak sepatutnya meniatkan mempelajari Al Quran atau mengajarkannya untuk memperoleh kemewahan maupun barang-barang duniawi, baik berupa harta, jabatan, kehormatan, popularitas, pujian, kekaguman orang banyak, atau semacamnya.
3.       Berperilku baik. Seyogyanya orang yang mempelajari Al Quran berperilaku baik, karena akhlak yang baik itu menunjukkan kesempurnaan Iman dalam hati seseorang.

4.       Membersihkan hati dari dengki, hasad, hasad, iri, riya dan kemunafikan agar hati kondusif menyambut Al Quran.
5.       Selalu merasa diawasi oleh Allah saat kondisi sepi maupun dalam keramaian, serta meyakini bahwa Allah senantiasa melihatnya. Oleh karena ini, ia harus menjauhi dosa-dosa dan berbagai kemaksiatan. Terutama dosa-dosa yang terjadi antara dirinya dan Allah, jauh dari mata manusia.
6.       Selalu berusaha makan yang halal dan menjauhi makan yang haram.
7.       Teliti dalam memilih guru. Artinya berusaha belajar pada seorang guru yang bertakwa dan wara’, agar dapat sekaligus dari akhlaknya dan terdidik di atas sifat zuhud, wara’ dan takwa. Sehingga ia dapat menghafal Al Quran dan mengamalkannya.
8.       Tidak pernah dalam mencari ilmu dan memegang teguh slogan “ma’al mahbarah ilal maqbarah” (bersahabat dengan tinta hingga liang kubur).
9.       Tekun menghadiri kajian ilmu, meghafal Al Quran dan tidak absen apa pun sebabnya (kecuali sangat mendesak), agar mampu mendulang ilmu sebanyak-banyaknya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
10.     Kontinyu menghafal Al Quran  sesuai dengan jumlah yang disanggupi, dan tidak membebani diri di atas kemampuan agar tidak bosan dan lupa.
11.   Tidak banyak tertawa dan bersenda gurau. Tapi ia harus bersikap moderat. Yakni tidak bermuka masam dan tidak banyak tertawa di setiap waktu.
12.   Berwajah ceria dan ramah agar disenangi banyak orang, dan mereka mau belajar darinya.
13.   Rendah hati terhadap setiap orang yang disekitarnya secara umum, dan khususnya pada syaikh dan ustadznya, walaupun gurunya tersebut berumur lebih muda.
14.   Berinteraksi dengan sopan dan hormat pada syaikh dan gurunya.
15.   Memanfaatkan waktu-waktu semangat guru untuk menimba ilmu darinya sebanyak mungkin
16.   Tidak bersuara keras tanpa dibutuhkan. Sebaliknya ia harus bicara dengan tenang.
17.   Tidak iri pada seorang kawan bila ternyata orang tersebut lebih berprestasi dan menonjo. Justru ia mendoakan baik untuk sudaranya ini, dan berdoa agar bisa mejadi seperti kawanya yang berprestasi itu.
18.   Tidak mengghibah seseorang dihadapan gurunya dan tidak berkata kepadanya, “si fulan itu berkata berbeda dengan yang Anda katakana”, tidak bicara dengan teman terkait satu masalah dihadapan guru, tapi bertanya langsung pada guru; dan tidak duduk di belakang guru, tapi duduk di depannya.
19.   Sabar menghdapi sikap kurang simpatik guru dan hendaknya hal itu tidak menghalanginya untuk terus bermulazamah dengannya dan menghormatinya, supaya tetap bisa menyerap manfaat ilmunya. Demikian, karena seorang guru itu senang melihat muridny antusias dalam mencari ilmu.
20.    Tidak masuk menemui guru sebelum meminta izin dan tidak menjumpainya tanpa janji sebelumnya, agar tidak mengganggu guru dan tidak membuatnya sungkan.
21.   Duduk penuh hormat dihadapan guru, menurut pada guru, dan melaksanakan perintahnya selagi tidak menyelisihi syariat, mengkonsultasikan masalah hidup dengannya dan melaksanakan sarannya.
22.   Duduk dihadapan guru sebagai penuntut ilmu, bukan sebagai guru.
23.   Berusaha menjaga kebersihan baju dan tubuh, membersihkan mulut dengan siwak, dan memakai parfum yang berbau harum agar guru senang melihatnya.
24.   Melihat ke arah guru dan tidak banyak menoleh, agar guru tidak menilainya kurang memperhatikannya dan tidak senang duduk di depannya.
25.   Mendengarkan dengan seksama setiap kata yang diucapkan guru, agar guru tidak menanyainya dengan tiba-tiba tentang apa yang ia jelaskan dan mendapati dirinya tidak memperhatikan. Sebab hal ini dapat membuat marah guru.
26.   Membela guru bila ada seseorang yang berkata buruk tentangnya. Dan bila ia tidak bisa membela guru tersebut, hendaknya ia meninggalkan majelis itu.
27.   Berusaha menunaikan shalat dua rakaat sebelum belajar pada guru.
28.   Menunggu guru bila ternyata belum hadir dan tidak tergesa-gesa pergi, sebab hal ini dapat membuat guru menilai bahwa muridnya itu kurang semangat mencari ilmu.
29.   Memperhatikan kondisi guru. Karena terkadang guru itu sakit, tidur atau tengah sibuk mengerjakan sesuatu. Maka tidak sepantasnya ia membebani guru. Tapi membiarkan guru sendiri yang menentukan waktu belajar dan durasinya.
30.   Tidak ujub dan kagum terhadap apa yang telah dipelajari. Tapi ia harus bersyukur kepada Allah atas anugerah itu, dan semakin merendah, khusyuk dan tawadhu.

Sumber:
Kitab Asbabun Nuzul, Syeikh Mahmud Al Mishri hal 592-596

Tidak ada komentar:

Posting Komentar