Aku melihat kebiasaan membuang-buang waktu telah menggrogoti manusia, sedangkan para pendahulu mereka sangat mewanti-wanti hal tersebut. Al Fudhail mengatakan, "Aku mengetahui orang-orang yang menghitung perkataannya dari jumat ke jumat. Jika mereka datang berkunjung kepada salah seorang salaf, mereka lantas berkata, 'Barangkali kami mengganggumu?"
Ia menjawab, 'Aku jujur pada kalian, bahwan sedianya aku sedang baca al Quran, lalu aku meninggalkannya karena kalian."
Seseorang dari kalangan ahli ibadah datang kepada sariy-as Saqati, lalu ia meihatnya bersama jamaah, maka orang itu berkata, "Aku telah menjadi seperti para penggangguran."
Oleh karena itu, ia pun pergi dan tidak duduk. Jika orang yang diziarahi itu menjadi orang yang sangat diharapkan dikunjungi oleh seorang pengunjung, lalu ia duduk lama bersamanya, maka ia tidak akan terbebaskan dari hal yang menyakitkan. Pernah satu jamaah duduk di sisi ma'ruf, lalu mereka duduk berlama-lama, maka Ma'ruf berkata, "Sesungguhnya Penguasa matahari itu tidak lengah dalam menggiringnya, maka tidakkah kalian ingin berdiri?"
Dianta orang yang sangat menjaga waktu ialah Amir bin Abdul Qais.
Seseorang berkata kepadanya, "Berdirilah, aku ingin bicara denganmu."
Ia lantas menjawab, "Kalau begitu, tahan matahari itu."
Ditanyakan kepada Kurz bin Wabrah, "Kenapa engkau tidak keluar ke padang pasir?"
Ia menjawab, "itu hanya membuang-buang umur."
Dawud ath-Tha'i pernah meremas-remas roti kering dan memakan roti ini bisa membaca 50 ayat."
Sementara Utsman al Baqalani adalah orang yang selalu berdzikir kepada Allah Ta'ala berkata, "Aku di waktu sarapan merasakan rohku seakan keluar karena kesibukanku dengan semuanya dari berdzikir."
Sebagian salaf berpesan kepada sebagian sahabatnya dengan berkata, "Kalau kalian telah keluar dari sisiku, maka berpencarlah. Barangkali salah seorang kalian bisa membaca Al Quran ketika dalam perjalanannya. Jika kalian berkumpul maka kalian akan berbicara."
Dan ketahuilah bahwa waktu itu adalah terlalu mulia untuk disia-siakan, walaupun sesaat. Sebab Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. bersabda,
"Barangsiapa membaca subhanallahil azhiim wa bihamdih maka ditanam untuknya sebatang pohon kurma di surga." (HR Ahmad)
Maka betapa banyak waktu anak manusia yang terbuang tanpa menghasilkan pahala yang besar. Hari-hari dari umur ini bagaikan sawah. Seakan-akan dikatakan kepada manusia, "Setiap kali kamu menanam sebuah biji, maka kami hasilkan untukmu seribu gantang. Lalu pantaskah bagi seorang yang berakal sehat untuk berhenti menanam benih dan berleha-leha?
Perkara yang dapat membantu memanfaatkan waktu dengan baik ialah menyendiri dan uzlah selama itu memungkinkan, membatasi diri dengan hanya mengucapkan salam serta untuk keperluan yang penting terhadap orang yang ia temui. Termasuk mengurangi porsi makan karena jika memperbanyak makan dapat menyebabkan tidur lama dan membuang waktu ibadah di malam hari. Barangsiapa yang mencermati perjalanan hidup kaum salaf dan beriman akan adanya balasan, niscaya menjadi jelas baginya apa-apa yang telah aku sebutkan.
Tulisan diatas bersumber dari buku yang kubaca yang dikarang oleh Ibnu Jauzi yng berjudul Shayyidul Khatir, karena melihat betapa pentingnya tulisan ini untuk dibaca dan diingat oleh penulis dan kawan-kawan pembaca semuanya. Penulis merasakan betapa waktu cepat sekali berlalu dan hilang, sedang ilmu dan amal kita tak bertambah. banyak hal di jaman sekarang yang dapat menyita perhatian seseorang sehingga melupakan akan pentingnya mengenal agama Allah dan mempelajarinya, mempersiapkan diri untuk bekal di akhirat. Sungguh tidak lain dan bukan penulis mempublish ini hanya ingin tulisan ini bermanfaat bagi pembaca seperti halnya penulis merasakan manfaatnya. Sungguh tak ada apa-apanya diri kita dibandingkan mereka (para salaf).
Barakallah fiikum.
Semarang, Jumat 23/11/2018

Tidak ada komentar:
Posting Komentar