Rabu, 26 Desember 2018

Ketika Tali Aqidah Terurai Seutas demi seutas.


Hasil gambar untuk tali teruraiOrang yang agnostik ialah orang yang ragu tentang keberadaan Tuhan apakah ia ada atau tidak, sehingga kebanyakan mereka memilih untuk meninggalkan agama, yang ujungnya kebanyakan mereka menjadi atheis (Percaya tuhan tidak ada). Kebanyakan mereka yang tadinya beragama lalu  memilih untuk menjadi agnostik dikarenakan beberapa sebab, karena salah pergaulan, latar belakang keluarga yang rusak, tak ada orang tua yang membimbingnya dalam menjalankan suatu kepercayaan, himpitan hidup  hingga salah mempelajari ilmu seperti filsafat.

Agnotisme, paham ini banyak mempengaruhi kalangan anak muda yang masih labil usia SMA dan mahasiswa terutama di kota-kota besar.  Banyak mereka meninggalkan agama karena bagi mereka agama hanyalah sarana untuk melakukan kebaikan dan kebaikan menurut persepsi mereka ialah semua yang baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan tanpa harus memeluk agama apapun. Oleh karena itu mereka selalu menggaungkan beberapa slogan pertanyaan; buat apa Anda beragama  jika pikiran, perkataan dan perbuatan Anda jahat?. Atau mereka mengatakan untuk apa Anda rajin ibadah dan memiliki gelar keagamaan jika Anda masih berbuat hal yang tidak terpuji?. Maka simpulan dalam pikiran mereka orang yang agnostic dan atheis belum tentu orang jahat dan orang-orang yang beragama belum tentu orang baik.

Pengalaman saya menemukan orang yang punya paham seperti ini, biasanya ia membuat postingan menggugat, seperti mereka menanyakan “kenapa agama yang menjadi tolak ukur kebaikan dalam kehidupan?”. Sehingga mereka risih jika orang beriman mengatakan perbuatan Anda mengundang dosa atau bisa menyebabkan anda masuk neraka. Padahal kata mereka, itu hanya cara berpakaian, minum-minuman, makan daging tertentu hingga pergaulan. Semua itu adalah wilayah privasi masing-masing individu, jadi tidak perlu menghakimi atau menghukumi, toh kalau masuk neraka itu urusan masing-masing setelah kehidupan ini selesai. Tidak hanya itu, Mereka yang berpaham agnostic biasanya bercerita untuk saling menguatkan pahamnya bahwa mereka banyak pergi kesatu tempat dan bertemu banyak orang yang baik dan bisa hidup damai penuh harmoni tanpa harus beragama jadi Anda yang beragama jangan berpikiran sempit buka wawasan dong!!, istilah yang biasa mereka pakai open mindedlah atau think out of the boxlah.

Orang yang berpaham agnostic memang belum tentu menjadi atheis, tapi kita katakan selangkah akan menjadi. Sebab ada juga yang masih menjalankan ritual agamanya namun ia agnostic, eh sejatinya mereka melaksanakan ritual agama hanya untuk menutupi jati diri mereka yang agnostic dan biasanya mereka akan mencampuradukan satu agama dengan agama yang lain. Pernah lihat cewek berhijab tapi pakai salib. Mereka ingin menunjukkan bahwa symbol agama yang dipakai seseorang tidak mempengaruhinya untuk berbuat baik mau pakai symbol apapun katanya kamu bisa jadi baik (gak perlu agama).

Sebagai orang beragama, apalagi guru agama. Anda akan menjadi orang pertama yang diantisipasi oleh mereka.Saat kita menyampaikan larangan agama, banyak komentar mereka; Anda jangan sok sucilah, memang Anda wakil Tuhan?, Emang kebaikan Anda sudah sempurna??. Dasar fundamentalis radikal!! Maka suatu saat mereka berkuasa biasanya mereka akan menghilangkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan agama. Kalau di dunia pendidikan mereka akan menghilangkan konsep-konsep tauhid bahkan sampai ilmu alat dalam memahami agama seperti bahasa Arab lama-lama akan hilang.

Memahami pemahaman mereka ini agnotisme dalam sudut pandang Islam, kita nyatakan pemahaman ini adalah virus aqidah yang dapat menguraiakan tali-talinya hingga terlepas. Maka kita bisa memahami kenapa baginda Rasulullah selalu berpesan saat berkhutbah dengan firman Allah surah Ali imran:102. “Wahai orang-orang beriman bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan jangan mati kecuali dalam keadaan muslim.” Juga, kita bisa memahami saat Nabi Ya’qub Alaihis salam saat bertanya kepada anaknya menjelang ajal “Apa yang kamu sembah sepeninggalku??”. Dan kita bisa memahami nasehat lukman buat anaknya “wahai anakku janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya memperekutukan Allah adalah kezaliman yang besar”.

Sungguh berharga nikmat Iman, saat mereka terombang-ambing oleh keraguan mereka. Allah berfirman kebenaran dari Rabbmu maka berpegang tegulah dengan Al Quran dan Sunnah Rasulmu serta hilangkanlah keraguan. Kita menjadikan Al Quran dan sunnah sebagai pedoman hidup kita, keduanya menjadi tolak ukur kebenaran, baik dan jahat suatu perbuatan. Saat mereka tidak mengakui keberadaan Tuhan atau mereka ragu denganNya. Sungguh mereka telah berbuat zalim. Bagaimana tidak dikatakan kezaliman yang besar, jika makhluk tidak mengakui keberadaan kholiknya (penciptanya). Dr. Adian Husaini menganalogikannya seperti seorang anak yang ragu dan menanyakan keabsahan status bapak kandungnya, walau sudah jelas kabarnya bahwa ia bapak kandungnya. bukankah ini kedurhakaan.

Kebaikan dan kebenaran yang mereka (orang agnostik) yakini tidak memiliki tolak ukur dan semua bersifat prasangka atau subjektif bagi mereka. Maka mereka tidak mengenal  kebenaran yang mutlak bagi mereka kebenaran itu semua relatif.  Apa yang kita anggap benar belum tentu benar bagi mereka begitu juga sebaliknya. Inilah pemahaman agnostik yang bisa menjurus kepada pemahaman relativisme. Dan ini berbahaya di dalam agama.

Untuk agama kita jelas bahwa tolak ukur kebenaran dan kebaikan yang mutlak ialah wahyu Allah dan sunnah RasulNya dan keduuanya akan terus terjaga sampai hari kiamat datang. wallahu A’lamu bis showwab. Insya Allah bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar