Agnotisme, paham ini banyak mempengaruhi kalangan anak muda
yang masih labil usia SMA dan mahasiswa terutama di kota-kota besar. Banyak mereka meninggalkan agama karena bagi
mereka agama hanyalah sarana untuk melakukan kebaikan dan kebaikan menurut persepsi
mereka ialah semua yang baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan tanpa harus
memeluk agama apapun. Oleh karena itu mereka selalu menggaungkan beberapa
slogan pertanyaan; buat apa Anda beragama jika pikiran, perkataan dan perbuatan Anda
jahat?. Atau mereka mengatakan untuk apa Anda rajin ibadah dan memiliki gelar
keagamaan jika Anda masih berbuat hal yang tidak terpuji?. Maka simpulan dalam
pikiran mereka orang yang agnostic dan atheis belum tentu orang jahat dan
orang-orang yang beragama belum tentu orang baik.
Pengalaman saya menemukan orang yang punya paham seperti ini,
biasanya ia membuat postingan menggugat, seperti mereka menanyakan “kenapa
agama yang menjadi tolak ukur kebaikan dalam kehidupan?”. Sehingga mereka risih
jika orang beriman mengatakan perbuatan Anda mengundang dosa atau bisa menyebabkan
anda masuk neraka. Padahal kata mereka, itu hanya cara berpakaian,
minum-minuman, makan daging tertentu hingga pergaulan. Semua itu adalah wilayah
privasi masing-masing individu, jadi tidak perlu menghakimi atau menghukumi,
toh kalau masuk neraka itu urusan masing-masing setelah kehidupan ini selesai.
Tidak hanya itu, Mereka yang berpaham agnostic biasanya bercerita untuk saling menguatkan
pahamnya bahwa mereka banyak pergi kesatu tempat dan bertemu banyak orang yang
baik dan bisa hidup damai penuh harmoni tanpa harus beragama jadi Anda yang
beragama jangan berpikiran sempit buka wawasan dong!!, istilah yang biasa
mereka pakai open mindedlah atau think out of the boxlah.
Orang yang berpaham agnostic memang belum tentu menjadi
atheis, tapi kita katakan selangkah akan menjadi. Sebab ada juga yang masih menjalankan
ritual agamanya namun ia agnostic, eh sejatinya mereka melaksanakan ritual
agama hanya untuk menutupi jati diri mereka yang agnostic dan biasanya mereka
akan mencampuradukan satu agama dengan agama yang lain. Pernah lihat cewek
berhijab tapi pakai salib. Mereka ingin menunjukkan bahwa symbol agama yang
dipakai seseorang tidak mempengaruhinya untuk berbuat baik mau pakai symbol apapun
katanya kamu bisa jadi baik (gak perlu agama).
Sebagai orang beragama, apalagi guru agama. Anda akan menjadi
orang pertama yang diantisipasi oleh mereka.Saat kita menyampaikan larangan
agama, banyak komentar mereka; Anda jangan sok sucilah, memang Anda wakil
Tuhan?, Emang kebaikan Anda sudah sempurna??. Dasar fundamentalis radikal!! Maka
suatu saat mereka berkuasa biasanya mereka akan menghilangkan
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan agama. Kalau di dunia pendidikan
mereka akan menghilangkan konsep-konsep tauhid bahkan sampai ilmu alat dalam
memahami agama seperti bahasa Arab lama-lama akan hilang.
Memahami pemahaman mereka ini agnotisme dalam sudut pandang Islam, kita
nyatakan pemahaman ini adalah virus aqidah yang dapat menguraiakan tali-talinya
hingga terlepas. Maka kita bisa memahami kenapa baginda Rasulullah selalu
berpesan saat berkhutbah dengan firman Allah surah Ali imran:102. “Wahai orang-orang
beriman bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan
jangan mati kecuali dalam keadaan muslim.” Juga, kita bisa memahami saat Nabi
Ya’qub Alaihis salam saat bertanya kepada anaknya menjelang ajal “Apa yang kamu
sembah sepeninggalku??”. Dan kita bisa memahami nasehat lukman buat anaknya “wahai
anakku janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya memperekutukan
Allah adalah kezaliman yang besar”.
Sungguh berharga nikmat Iman, saat mereka terombang-ambing
oleh keraguan mereka. Allah berfirman kebenaran dari Rabbmu maka berpegang
tegulah dengan Al Quran dan Sunnah Rasulmu serta hilangkanlah keraguan. Kita menjadikan
Al Quran dan sunnah sebagai pedoman hidup kita, keduanya menjadi tolak ukur
kebenaran, baik dan jahat suatu perbuatan. Saat mereka tidak mengakui keberadaan
Tuhan atau mereka ragu denganNya. Sungguh mereka telah berbuat zalim. Bagaimana
tidak dikatakan kezaliman yang besar, jika makhluk tidak mengakui keberadaan
kholiknya (penciptanya). Dr. Adian Husaini menganalogikannya seperti seorang
anak yang ragu dan menanyakan keabsahan status bapak kandungnya, walau sudah jelas kabarnya bahwa ia bapak
kandungnya. bukankah ini kedurhakaan.
Kebaikan dan kebenaran yang mereka (orang agnostik) yakini tidak memiliki
tolak ukur dan semua bersifat prasangka atau subjektif bagi
mereka. Maka mereka tidak mengenal kebenaran yang mutlak bagi mereka kebenaran
itu semua relatif. Apa yang kita anggap benar belum tentu benar
bagi mereka begitu juga sebaliknya. Inilah pemahaman agnostik yang bisa menjurus
kepada pemahaman relativisme. Dan ini berbahaya di dalam agama.
Untuk agama kita
jelas bahwa tolak ukur kebenaran dan kebaikan yang mutlak ialah wahyu Allah dan
sunnah RasulNya dan keduuanya akan terus terjaga sampai hari kiamat datang. wallahu
A’lamu bis showwab. Insya Allah bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar